SEJARAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
SEJARAH
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Sejarah perekonomian
Indonesia. Perekonomian di Indonesia terbagi menjadi beberapa tahap. Hal itu di
sebabkan oleh adanya pergantian pemimpin dan kebijakan ekonomi yang
berubah – ubah, maka terdapat perubahan pula yang terjadi pada Perekonomian
Indonesia.
Sejarah Perekonomian
Indonesia terbagi dalam beberapa tahap perekonomian :
1.
Perekonomian orde lama (1950-1966)
2.
Perekonomian orde baru (1966-Mei 1998)
3.
Perekonomian transisi (Mei 1998-November 1999)
4.
Perekonomian reformasi atau pemerintahan Gus Dur (2000-2001)
5.
Perekonomian gotong royong atau pemerintahan Megawati (2001- 2004)
6.
Perekonomian Indonesia Bersatu I atau pemerintahan SBY – JK (2004
– 2009)
7. Perekonomian Indonesia
Bersatu II atau Pemerintahan SBY-Budiono (2009-2014)
Uraian masing-masing
perekonomian diuraikan sebagai berikut:
A. ORDE LAMA

Adapun kebijakan – kebijakan
yang diterapkan oleh pemerintah pada era itu diantaranya ,
- Program Banten (1950 –
1951)
Tujuan program ini adalah
untuk mempersatukan kelompok pribumi agar bisa mengembangkan segala aktivitas ekonomi
di Indonesia.
- Program Urgensi
Perekonomian (1952-1954)
Program ini disebut
Soemitro’s plan, diantaranya adalah BNI 1946 harus dinasionalisir, karena saat
itu masih terdapat saham VOC di dalamnya . Memberikan kesempatan seluas-luasnya
pada pengusaha pribumi untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan VOC.
Pemerintah mengambil alih perusahaan pelayaran yang masih dikelola oleh VOC
yang sekarang telah berunah nama menjadi PELNI.
- Program Repelita I (1955 –
1960)
Secara Umum program ini
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun belum tercapai.
Yaitu dengan cara Rencana Juanda (1955) Rencana Pembangunan Lima Tahun I
meliputi kurun waktu 1956-1960.
- Program Repelita II (1960 –
1965)
Indonesia mulai berhubungan
dengan dunia luar (ekspor dan impor), mulai ada pinjaman Luar Negeri, namun
sebagian peruntukannya untuk pembangunan mercusuar (Politik Mercusuar
Soekarno). Pada tahun 1965 ada pemberontakan G30S-PKI pada bulan September dan
pada bulan November terjadi Senering atau pemotongan uang rupiah dari 1000
rupiah menjadi hanya 1 rupiah. Senering ini dilakukan karena diprediksi akan
terjadi Hyper Inflation sampai 500 %.
B. ORDE BARU
Tepatnya sejak bulan Maret
1966 Indonesia memasuki pemerintahan Orde Baru. Berbeda dengan pemerintahan
Orde Lama, dalam era Orde Baru ini perhatian pemerintah lebih ditujukan pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan
sosial di tanah air. Pemerintahan Orde Baru menjalin kembali hubungan
baik dengan pihak Barat dan menjauhi pengaruh ideologi komunis. Indonesia juga
kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga
dunia lainnya, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter International (IMF).
Sebelum rencana pembangunan
lewat Repelita dimulai, terlebih dahulu pemerintah melakukan pemulihan
stabilitas ekonomi, social, dan politik serta rehabilitasi ekonomi
di dalam negeri. Sasaran dari kebijakan tersebut terutama adalah untuk menekan
kembali tingkat inflasi, mengurangi defisit keuangan pemerintah, dan
menghidupkan kembali kegiatan produksi, termasuk ekspor yang sempat mengalami
stagnasi pada masa Orde Lama.
Adapun kebijakan – kebijakannya
adalah :
- Repelita I (1 April 1969 –
31 Maret 1974)
Perbedaan repelita pada era
orde baru dan orde lama adalah, pada era Orde Lama rencana pembangunan lima
tahunan tersebut disusun oleh DPR dan perancang Negara/cabinet, sedangkan pada
era Orde Baru rencana pembangunan lima tahun, disusun oleh DPR, Kabinet, dosen,
masyarakat.
Pada repelita I ini
menitikberatkan pada sektor perekonomian yang didukung oleh sektor industri.
Muncul istilah Trilogi Pembangunan yang pertama adalah Stabilitas Nasional,
yang keuda Pemerataan dan yang ketiga adalah Pertumbuhan Ekonomi. Pada
masa ini, barang – barang yang diekspor masih berupa bahan mentah.
- Repelita II (1 April 1969 –
31 Maret 1974)
Trilogi pembangunan diubah
urutannya menjadi , yang pertama yaitu Pertumbuhan ekonomi , yang kedua
Pemerataan dan dan yang ketiga Stabilitas Nasional. Kebijakan ekonomi
yang terkenal adalah adanya KNOP 15 tanggal 15 November 1978, isinya yang
pertama adalah Masyarakat harus mencintai produk dalam negeri 2, yang kedua
Mendorong ekspor dan yang ketiga yaitu Memberikan tariff spesifik bagi barang
impor
- Repelita III (1 April 1969
– 31 Maret 1974)
Trilogi pembangunan ekonomi
mengalami perubahan yaitu menjadi, yang pertama Pemerataan pembangunan dan
hasil2nya yang kedua Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan yang
ketiga adalah Stabilitas Nasional yang sehat dan dinamis.
Terdapat kebijakan devaluasi
rupiah tanggal 30 Maret 1983 dengan menurunkan nilai rupiah menjadi 937 rupiah
per dollar. Terdapat kebijakan deregulasi perbankan oleh Soemarlin (gebrakan
Soemarlin pertama) tanggal 1 Juni 1983 karena ada bank – bank yang meminjam
dana dari BI namun khawatir akan disalahgunakan.
- Repelita IV (1 April 1969 –
31 Maret 1974)
Muncul kebijakan devaluasi
tanggal 12 September 1986 karena banyak produk – produk Indonesia yang
digudangkan di luar negeri dan aliran kas masuk berkurang (saat itu telah
dipakai neraca pembayaran Balance of Payment). Selain itu, muncul juga
kebijakan deregulasi, tanggal 12 Oktober 1987 tentang penyederhanaan aturan dan
tanggal 27 Oktober 1988 tentang deregulasi dan debirokratisasi (birokrasi
dipangkas dan bank2 diberi kemudahan pendiriannya).
- Repelita V (1 April 1969 –
31 Maret 1974)
Muncul kebijakan uang ketat
(tight money policy) untuk mengatasi inflasi yang meningkat tajam (gebrakan
Soemitro kedua)
- Repelita VI (1 April 1969 –
31 Maret 1974)
Pengalihan dana pembangunan
ke Indonesia Timur, karena sebelumnya 75% KBI 25% KTI menjadi 40% KBI dan 60%
KTI. Muncul krisis mata uang, krisis moneter sampai krisis ekonomi pada
tahun 1997-1998.
C. PEMERINTAHAN
TRANSISI (era Presiden B.J. Habibie)
Krisis ekonomi
mempunyai dampak yang sangat memprihatinkan terhadap peningkatan pengangguran,
baik di perkotaan maupun di pedesaan, daya beli masyarakat menurun, pendidikan
dan kesehatan merosot serta jumlah penduduk miskin bertambah oleh karena itu muncul kebijakan Jaring
Pengaman Sosial (social safety net). Yang menyebabkan suatu prestasi yang
mengagumkan yakni nilai tukar rupiah dari 16.000 menjadi 6.000 rupiah.
D. PEREKONOMIAN REFORMASI
(era Presiden K.H. Abdurrahman Wahid)
Terjadi banyak keanehan dan
tidak terdapat kebijakan perekonomian.Pada masa Gus Dur, rating kredit
Indonesia mengalami fluktuasi, dari peringkat CCC turun menjadi DDD lalu naik
kembali ke CCC. Salah satu penyebab utamanya adalah imbas dari krisis moneter
pada 1998 yang masih terbawa hingga pemerintahannya.
E. PEREKONOMIAN GOTONG ROYONG
(era Presiden Ibu Megawati Soekarnoputri)
Kebijakan Privatisasi secara
teoritis, bagi penganut neoliberal, privatisasi dimaksudkan sebagai jalan untuk
mengatasi masalah kekurangan financial, untuk membuat pelayanan menjadi lebih
efisien, serta mengindari distorsi pada makro dan mikro ekonomi akibat
pelayanan public gratis (Carlos Vilas). Pada kenyataannya, privatisasi telah
mengarah para pengguna jasa untuk membeli dengan harga yang lebih mahal, karena
perusahaan yang terprivatisasi kini menggunakan kriteria bisnis dan mencari
keuntungan (profit). Atau dapat di mengert secara umum yaitu Kebijakan
privatisasi – menjual BUMN sehat ke luar negeri.
F. PEREKONOMIAN INDONESIA
BERSATU JILID I (era SBY- JK)
Muncul beberapa program yang
dijalankan oleh pemerintah seperti, Bantuan Langsung Tunai (BLT), PNPM Mandiri
dan Jamkesmas.
G. PEREKONOMIAN INDONESIA
BERSATU JILID II (era SBY – Boediono)
Bank Indonesia menetapkan
empat kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional tahun
ini, yakni BI rate, nilai tukar, operasi moneter dan kebijakan makroprudensial
untuk pengelolaan likuiditas, serta makroprudensial lalu lintas modal.
0 komentar:
Posting Komentar